SUFI TAUHID FILOS
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Tercelanya Terpedaya

Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Tercelanya Terpedaya

Post  salik Mon May 21, 2012 11:49 pm

KITAB TERCELANYA TERPERDAYA
Yaitu: Kitab Kesepuluh dari Rubu' Yang Membinasakan dari KITAB IHYA' 'ULUMIDDIN.

Segala pujian bagi Allah, yang di tanganNYA gudang segala urusan. Dengan qudrahNYA kunci segala kebajikan dan kejahatan. Yaiig mengeluarkan para waliNYA dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang. Dan yang mendatangkan musuh-musuhNYA ke lembah terperdaya. Salawat kepada Muhammad yang mengeluarkan khalayak ramai (manusia: banyak) dari kegelapan keraguan. Dan kepada keluarga dan para shahabatnya, yang mereka tidak terperdaya oleh kehidupan duniawi. Dan tidak terperdaya terhadap Allah oleh yang memperdayakan.


Salawat yang beriring-iringan sepanjang masa dan berlalunya jam dan bulan. Adapun kemudian, maka kunci bahagia itu kejagaan diri dan kecerdikan. Dan sumber celaka itu terperdaya dan lalai. Maka tiada nikmat bagi Allah kepada hambaNYA yang lebih besar dari iman dan ma'rifah. Dan tiada jalan kepadanya, selain dengan terbuka dada dengan nur mata hati (nur bashirah). Dan tiada bencana yang lebih besar dari kufiir dan maksiat.


Dan tiada yang mengajak kepada kufur dan maksiat tadi, selain buta hati dengan kegelapan bodoh. Maka orang-orang pintar dan orang-orang yang bermata hati, adalah hati mereka itu ,,seperti: sebuah lobang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam kaca. Kaca itu bagai bintang (yang berkilauan) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari kayu yang banyak berkahnya, yaitu: pohon zaitun, yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak di sebelah bar at. Hampir minyaknya meman- car.kan cahaya (sendirinya), walaupun tidak disinggung api. Cahaya berlapis cahaya" (I).


Orang-orang yang terperdaya, hati mereka itu adalah "sebagai kegelapan di laut yang dalam, dipukul gelombang demi gelombang, di atasnya awan (gelap) dan kegelapan itu tindih bertindih. Apabila dikeluarkannya tangannya, hampir tidak kelihatan. Siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, tidaklah akan mendapat cahaya (terang)" (2).
Maka orang-orang yang pintar, ialah mereka yarig dikehendaki oleh Allah

(1). Yang kami tandai dengan koma dua itu, sesuai dengan S. An-Nur, ayat 35.
(2). Yang kami tandai dengan koma dua itu, sesuai dengan S. An-Nur, ayat 40.


memberi mereka petunjuk. Maka Allah melapangkan dada mereka bagi Agama Islam dan petunjuk. Dan orang-orang yang teiperdaya, ialah me¬reka yang dikehendaki oleh Allah menyesatkan mereka. Lalu dijadikan- NYA dada mereka sempit lagi sesak, seakan-akan naik dalam langit. Dan orang yang terperdaya, ialah orang yang tidak terbuka mata hatinya, su¬paya ia dengan petunjuk dirinya itu terjamin. Dan ia tetap dalam kebu- taan. Lalu mengambil hawa-nafsu menjadi panglima dan setan menjadi penunjuk. Siapa yang buta di dunia ini, maka dia di akhirat itu buta dan lebih lagi sesat jalannya.

Apabila diketahui, bahwa terperdaya itu induk ke-tidak beruntung-an dan sumber kebinasaan, maka tidak boleh tidak daripada penguraian jalan masuk dan lalunya serta penguraian apa yang banyak terjadi ke-terperdayaan padanya. Supaya murid (orang yang menuntut ilmu) itu dapat men¬jaga diri sesudah mengetahuinya. Lalu memelihara dirinya. Yang memperoleh taufiq dari hamba-hamba Allah, ialah orang yang me¬ngenai tempat masuk bahaya dan kerusakan. Lalu ia mengambil daripa¬danya penjagaan dirinya. Dan ia membina urusannya dengan memikirkan akibat dan dengan mata hati. Dan kami akan menguraikan jenis-jenis tempat lalunya terperdaya dan jenis orang-orang yang terperdaya dari hakim-hakim (qadli-qadli), ulama-ulama dan orang-orang shalih, yang ter¬perdaya dengan pokok-pokok urusan, yang bagus zahiriahnya, yang keji batiniahnya. Dan akan kami tunjukkan kepada cara ke-terperdaya-an me¬reka dengan hal-hal itu dan kelalaian mereka daripadanya. Bahwa yang demikian itu, walau pun lebih banyak daripada dapat dihinggakan, akan tetapi mungkin berjaga-jaga di atas contoh-contoh yang tidak perlu dihing¬gakan. Dan golongan orang-orang yang terperdaya itu banyak. Akan te¬tapi mereka dikumpulkan oleh empat jenis:
Jenis Pertama: dari ulama-ulama.
Jenis Kedua : dari orang-orang abid (yang rajin beribadah kepada Allah).
Jenis Ketiga : dari orang-orang sufi.
Jenis Keempat: dari orang-orang yang mempunyai harta.
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Tercelanya terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 12:00 am

Adapun mengetahui dengan penjelasan dan dalil (keterangan) maka, yaitu: bahwa ia tahu segi tidak betulnya kias (perbandingan) ini yang diatur dalam hatinya oleh setan. Maka tiap-tiap orang yang terperdaya itu, mempunyai sebab atas keterperdayaannya. Dan sebab itu ialah dalil. Dan tiap- tiap dalil, adalah semacam kias yang ada pada diri dan mengwariskan keterapan hati kepadanya, walau pun yang empunyanya itu tidak merasakannya. Dan tidak mampu menyusunkannya dengair kata-kata ulama. Kias yang disusun oleh setan itu, ada dua pokok padanya: Salah satu dari dua pokok itu, ialah: bahwa dunia itu tunai (sekarang) dan akhirat itu ditangguhkan (nanti). Dan ini benar.


Pokok yang satu lagi, ialah: katanya: bahwa yang sekarang itu lebih baik dari yang nanti. Dan ini tempat yang mengacaukan. Maka tidaklah persoalan itu seperti yang demikian. Akan tetapi, kalau ada yang sekarang itu seperti yang nanti tentang kadar dan maksud, maka itu lebih baik. Dan kalau berkurang daripadanya, maka yang nanti itu yang lebih baik. Orang kafir yang terperdaya, memberikan pada perniagaannya sedirham, untuk diambilnya nanti sepuluh dirham. Dan ia tidak mengatakan: seka-rang itu lebih baik dari nanti, maka aku tidak meninggalkan yang sekarang.

Apabila tabib (dokter) memperingatinya akan buah-buahan dan makanan- makanan enak, niscaya akan ditinggalkannya yang demikian itu sekarang juga. Karena takut dari kepedihan sakit pada masa mendatang. Maka ia meninggalkan yang sekarang dan rela (senang) dengan yang nanti. Kaun saudagar itu umumnya melayari lautan dan berpayah-payah dalam perjalanan sekarang. Karena untuk kesenangan dan keuntungan nanti. Kalau ada sepuluh pada keadaan nanti itu lebih baik daripada satu pada keadaan sekarang, maka lebih sesuailah kesenangan duniawi dari segi masanya kepada masa akhirat. Sesungguhnya sejauh-jauh umur manusia itu seratus tahun. Dan tidaklah itu sepersepuiuh dari bahagian sepuluh dari bahagian sejuta bahagian dari akhirat. Maka seakan-akan ia meninggalkan satu, untuk diambilnya sejuta. Bahkan untuk diambilnya apa yang tiada berkesudahan dan tiada berbatas.


Kalau dipandangnya dari segi macam, niscaya ia melihat kelazatan duniawi itu keruh, lagi bercampur dengan bermacam-macam kotoran. Dan kelazatan akhirat itu bersih, tiada keruh.


Jadi, ia salah pada katanya: sekarang itu lebih baik dari nanti. Maka ini adalah terperdaya, yang terjadinya oleh penerimaan perkataan umum yang terkenal, yang disebut secara mutlak dan dimaksud khusus. Lalu orang yang terperdaya itu lupa dari kekhususan artinya.

Sesungguhnya orang yang mengatakan: sekarang itu lebih baik dari nanti, yang dimaksudkannya, ialah lebih baik dari nanti, yang seperti itu, walau pun tidak ditegaskannya. Dan pada ini, menyusahkan setan kepada per- bandingan yang akhir itu. Yaitu: bahwa yakin itu lebih baik dari ragu. Dan akhirat (keadaannya) itu ragu.
Qias ini lebih banyak kerusakannya dari yang pertama. Karena tiap-tiap kedua pokoknya itu batil. Karena yakin itu lebih baik dari ragu, apabila ada yakin itu seperti ragu. Kalau tidak demikian, maka saudagar pada ke- payahannya itu di atas keyakinan dan pada keuntungannya di atas keraguan.


Dan orang yang belajar ilmu fikih pada kesungguhannya itu di atas keyakinan dan pada diperolehnya tingkat ilmu itu di atas keraguan. Pemburu pada bulak-baliknya pada yang diburunya itu di atas keyakinan dan pada memperoleh yang diburunya itu di atas keraguan. Demikianlah hati-hati dengan memikirkan akibat itu, sepakat dikatakan, menjadi sifat (sikap) orang yang berakal. Semua itu meninggalkan yakin dengan sebab ragu. Akan tetapi, saudagar itu mengatakan: "Jikalau aku tidak berniaga, niscaya aku tetap lapar dan besarlah kemelaratanku. Dan kalau aku berniaga, niscaya adalah kepayahanku sedikit dan keuntungan- ku banyak".


Begitu pula orang sakit, yang meminum obat pahit, yang tiada disukai. Dan dia itu ragu dari sembuhnya dan yakin tentang pahitnya obat itu. Akan tetapi, ia mengatakan: melarat pahitnya obat itu sedikit, di bandingkan kepada apa, yang aku takutkan dari sakit dan mati.

Maka seperti demikian juga, orang yang ragu tentang hari kiamat. Maka haruslah kepadanya, menurut hukum berhati-hati, bahwa ia berkata: hari- hari sabar itu sedikit. Yaitu: kesudahan umur, dibandingkan kepada apa, yang dikatakan dari hai akhirat.

Maka kalau ada apa yang dikatakan padanya itu bohong, maka tiada yang luput padaku, selain kenikmatan pada hari-hari hidupku. Dan adalah aku pada "tidak ada" dari masa azali sampai sekarang, tiada aku bersenang-senang dengan kenikmatan. Maka aku menghitung, bahwa aku tinggal pada "tidak ada" Dan kalau apa yang dikatakan itu benar, maka aku kekal dalam neraka untuk selama-lamanya. Dan ini tidaklah disanggupi. Dan karena inilah, Ali r.a. mengatakan kepada sebahagian orang-orang mulhid (yang tidak bertuhan): "Jikalau apa yang engkau katakan itu benar, maka engkau itu terlepas dan kami pun terlepas. Dan jikalau apa yang kami katakan itu benar, maka kami terlepas dan engkau binasa".

Tidaklah Ali r.a. mengatakan ini, dari keraguannya tentang akhirat, akan tetapi, ia berbicara dengan orang mulhid itu menurut kadar akalnya. Dan ia menerangkan kepadanya, bahwa jikalau ia tidak yakin, maka dia terperdaya.

Adapun pokok yang kedua dari perkataannya, ialah bahwa akhirat itu diragukan. Maka itu juga salah. Bahkan itu adalah keyakinan pada orang mu'min. Dan bagi keyakinannya itu dua alat untuk mengetahuinya:

Yang pertama: iman dan pembenaran (tash-diq), karena mengikuti nabi- nabi dan ulama-ulama. Dan yang demikian juga menghilangkan keterperdayaannya. Dan itu alat memperoleh keyakinan bagi orang awwam dan kebanyakan orang-orang tertentu. Contohnya adalah seperti orang sakit yang tidak tahu obat penyakitnya. Dan telah sepakat tabib-tabib dan orang-orang yang mempunyai perusahaan obat, sampai kepada yang terakhir dari mereka, bahwa obatnya itu, ialah: tumbuh-tumbuhan anu. Maka tenanglah hati orang sakit itu kepada pembenaran mereka. Dan ia tidak menuntut mereka dengan pengesahan yang demikian itu dengan
dalil-dalil ketabiban. Akan tetapi, ia percaya dengan perkataan tabib-tabib dan yang empunya perusahaan obat itu dan ia berbuat dengan yang demikian.

Dan jikalau tinggailah orang yang lalai atau orang yang lemah pikiran, yang mendustakan mereka pada yang demikian dan si-sakit itu tahu dengan berita orang ramai dan dalil-datil keadaan, bahwa tabib-tabib dan orang yang empunya perusahaan obat itu, lebih banyak bilangannya dari orang yang lemah pikiran itu, lebih banyak kelebihannya dan lebih tahu dengan ketabiban, bahkan orang yang lemah akal itu tak ada ilmunya dengan ketabiban, sehingga ia tahu akan kedustaan tabib-tabib itu dengan perkataan mereka dan ia tidak yakin akan kedustaan orang lemah pikiran itu dengan perkataannya dan ia tidak terperdaya pada ilmunya dengan sebab yang demikian. Dan jikalau ia berpegang pada perkataan orang yang lemah pikiran itu dan ia tinggalkan perkataan tabib-tabib, niscaya adalah dia orang yang lemah pikiran, yang terperdaya. Maka seperti demikianlah orang yang memperhatikan orang-orang yang mengakui akhirat, yang memberitakan akhirat dan yang mengatakan, bahwa taqwa itu obat yang bermanfa'at untuk sampai kepada kebahagiaan akhirat dan mendapati mereka sebagai makhluk Allah yang terbaik dan tertinggi pangkat pada mata-hati, ma'rifah dan akal. Dan mereka itu, ialah: para nabi, wali, hukama' (ahli ilmu hikmah) dan ulama. Dan makhluk akan mengikuti mereka atas yang demikian. di atas segala macamnya. Dan amat sedikitlah dari mereka perorangan seseorang dari orang-orang yang berbuat batil, yang dikerasi oleh nafsu-syahwat atas mereka dan cen¬derung dirinya kepada bersenang-senang. Maka besarlah urusannya (beratlah) atas mereka untuk meninggalkan nafsu-syahwat. Dan beratlah ke¬pada mereka mengakui, bahwa mereka termasuk isi neraka. Lalu mereka mengingkari akhirat dan mendustakan nabi-nabi.

Maka sebagaimana perkataan anak kecil dan orang yang lalai, tiada menghilangkan ketenteraman hati kepada apa yang telah disepakati tabib-tabib (dokter-dokter), maka begitu juga perkataan orang dungu ini yang telah diperbudak oleh nafsu-syahwat, tiada akan meragukan pada benarnya perkataan nabi-nabi, wali-wali dan para ulama. Dan sekedar ini dari keimanan, mencukupilah bagi sejumlah makhluk. Yaitu: keyakinan yang meyakinkan, yang sudah pasti menggerakkan kepada amal. Dan terperdaya akan hilang dengan yang demikian itu.

Alat mengetahui yang kedua untuk mengetahui akhirat, ialah: wahyu bagi nabi-nabi dan ilham bagi wali-wali. Dan anda jangan menyangka, bahwa pengetahuan Nabi s.a.w. tentang urusan akhirat dan urusan Agama itu mengikuti (taqlid) kepada Jibril a.s. dengan mendengar daripadanya, sebagaimana pengetahuan anda itu mengikuti (taqlid) kepada Nabi s.a.w. Sehingga adalah pengetahuan anda seperti pengetahuannya. Dan hanya Alat mengetahui yang kedua untuk mengetahui akhirat, ialah: wahyu bagi nabi-nabi dan ilham bagi wali-wali.

Dan anda jangan menyangka, bahwa pengetahuan Nabi s.a.w. tentang urusan akhirat dan urusan Agama itu mengikuti (taqlid) kepada Jibril a.s. dengan mendengar daripadanya, sebagaimana pengetahuan anda itu mengikuti (taqlid) kepada Nabi s.a.w. Sehingga adalah pengetahuan anda seperti pengetahuannya.

Dan hanya berbeda yang diikuti saja. Amat jauh dari itu. Karena taqlid itu tidaklah dinamakan ma'rifah. Akan tetapi adalah keyakinan (kepercayaan) yang benar.

Dan para nabi itu yang mempunyai ma'rifah. Dan arti ma'rifah mereka, ialah: terbuka bagi mereka hakikat segala sesuatu, sebagaimana adanya. Lalu mereka menyaksikannya dengan bashirah bathinah (pengli-hatan mata hati bathiniyah), sebagaimana anda menyaksikan segala yang terasa dengan pancaindra (al-mahsusat) dengan penglihatan zahiriyah.

Lalu para nabi itu menceriterakan dari penglihatan penyaksian (musyahadah). Tidak dari pendengaran dan taqlid. Dan yang demikian itu, dengan terbuka bagi mereka hakikat roh. Dan itu adalah perintah Allah Ta'ala.
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 12:03 am

Marilah kita kembali kepada maksud yang dicari !

Maka maksud bahwa tipuan setan itu dengan akhirat itu diragukan, dapatlah ditolak.
Adakalanya: dengan yakin taqlidiyah (keyakinan oleh taqlid yang telah mendarah-daging).
Dan adakalanya dengan bashirah (mata, hati) dan musyahadah, dari segi batiniyah.


Dan orang-orang mu'min (yang beriman) dengan lisan dan aqidah mereka, apabila menyianyiakan perintah Allah Ta'ala, berhijrah (meninggalkan) amal shalih dan memakai (selalu mengerjakan) perbuatan nafsu-syahwat dan perbuatan maksiat, maka mereka itu bersekutu dengan orang-orang kafir pada keterperdayaan ini.

Karena mereka mengutamakan hidup duniawi dari akhirat. Benar, urusan mereka itu lebih ringan, karena pokok iman itu memelihara mereka dari siksaan abadi. Mereka akan dikeluarkan dari neraka, walau pun sesudah suatu ketika kemudian. Akan tetapi mereka juga termasuk orang-orang yang terperdaya. Mereka sesungguhnya mengaku bahwa akhirat itu lebih baik dari dunia. Akan tetapi mereka cenderung kepada dunia
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 12:06 am

(Inna rahmatal-laahi qarii-bun minal-muhsi-niina).
Artinya: "Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan (kepada orang lain)". S. Al-A'raf, ayat 56. Kemudian,

Nabi s.a.w. bersabda:
(Al-ihsaanu an ta'buda'llaaha ka-annaka taraahu). Artinya: "Ihsan (berbuat kebaikan) itu ialah: engkau menyembah Allah (beribadah kepada Allah), seakan-akan engkau melihatNYA" (1).
Allah Ta'ala berfirman:
Artinya: ''Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik dan me- wasiatkan (memesankan) satu sama lain dengan kebenaran dan mewasiat- kan satu sama lain supaya berhati teguh (bersabar)". S. Al-'Ashr, ayat 1-2-3.
(1) Hadits ini dirawikan oleh AlBukhari dan Muslim dari Ibnu Umar.

Janji memperoleh pengampunan pada semua yang tersebut dalam Kitab Allah itu tergantung dengan iman dan bersama amal shalih. Tidak dengan iman sendirian saja.

Maka mereka juga terperdaya. Aku maksudkan: mereka yang merasa tenang kepada dunia, yang gembira dengan dunia, berlebih-Iebihan dengan kenikmatan dunia, mencintai dunia, tidak suka kepada mati, karena takut hilangnya kelazatan dunia. Bukan tidak suka kepada mati, karena takut apa yang terjadi sesudah mati.

Inilah contoh keterperdayaan dengan dunia dari orang-orang kafir dan orang-orang mu'min sekalian. Dan marilah kami sebutkan terperdaya dengan mempergunakan nama Allah, dua contoh dari terperdayanya orang-orang kafir dan orang-orang maksiat.
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:37 am

(Al-Kayyisu man daana nafsahu wa-'amilalimaaba-'dal-niauti, wal-ahma- qu man at-ba'a nafsahuu hawaahaa wa tamannaa-'ala'llaah). Artinya: "Orang pintar, ialah siapa yang mengagamakan dirinya dan beramal untuk sesudah mati. Dan orang bodoh, ialah siapa yang mengikut- kan dirinya kepada hawa nafsunya dan ber-angan-angan kepada Allah" (1).

Inilah angan-angan kepada Allah Ta'ala, yang dirobah namanya oleh setan. Lalu dinamainya harapan. Sehingga tertipulah orang-orang bodoh. Allah Ta'ala telah inenguraikan harapan itu. Ia berfirman:
(Innal-ladziina-aamanuu waHadziina haajaruu wa jaahaduu fii sabiilil- laahi-ulaa-ika yarjuuna rahmatal-laahi).Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berpindah dari negerinya dan bekerja keras di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah". S. Al-Baqarah, ayat 218. Ya'ni: harapan bagi mereka itu lebih layak. Dan pahamilah ini, karena Allah Ta'ala menyebutkan, bahwa pahala akhirat itu upah dan balasan kepada amal.

Allah Ta'ala berfirman;
(Jazaa-an bi-maa kaanuu ya'-maluima).
Artinya: "Sebagai pembalasan apa yang telah mereka kerjakan". S, As- Sajadah, ayat 17.

Allah Ta'ala berfirman:
(Wa-innamaa tuwaf-fauna ujuurakum yaumal-qiya mati).
Artinya: "Dan bahwa pahalamu akan dicukupkan di hari kiamat". S. aliimran
(1) Hadits isi dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Syaddad


Adakah anda melihat, bahwa orang yang disewakan tenaganya untuk memperbaiki bejana (tempat air) dan disyaratkan baginya memperoleh upah atas pekerjaannya?

Dan yang membuat syarat (yang menyuruh) itu seorang pemurah yang menepati janjinya, manakala ia telah berjanji. Dia tidak akan meriyalahi janji. Bahkan ia akan menambah. Lalu datanglah orang yang disuruh mengerjakan itu. Ia memecahkan bejana-bejana itu. Dan merusakkan semuanya. Kemudian ia duduk, menunggu upah dan mendakwakan, bahwa orang yang menyuruhnya itu, orang pemurah. Adakah orang-orang yang berakal berpendapat, bahwa orang yang disuruh itu, dalam menunggu upah itu, sebagai orang yang berangan-angan, yang terperdaya atau sebagai brang yang mengharap?


Ini adalah karena bodoh, akan perbedaan antara harap dan terperdaya. Dikatakan kepada Al-Hasan Al-Bashari r.a., bahwa ada suatu kaum yang mengatakan: "Kami mengharap kepada Allah", sedang mereka itu menyia-nyiakan amal. Lalu Al-Hasan Al-Bashari r.a. menjawab: "Amat jauh-amat jauh yang demikian! Itu adalah angan-angan mereka, yang mereka kuatkan padanya. Barangsiapa mengharapkan sesuatu, niscaya di- carinya. Dan barangsiapa takut kepada sesuatu, niscaya ia lari daripada-nya".
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:39 am

Maka anda melihat seseorang yang bersedekah dengan beberapa dirham yang dapat dihitung dengan mudah, dari harta halal dan haram. Dan yang diterimanya dari harta kaum muslimin dan harta yang diragukan halalnya (harta syubhat), berlipat ganda banyaknya. Dan mungkin apa yang dise- dekahkannya itu adalah dari harta kaum muslimin. Ia berpegang kepada¬nya dan menyangka, bahwa memakan seribu dirham haram, akan dapat diimbangi oleh bersedekah sepuluh dirham haram atau halal. Dan tidaklah orang yang tersebut tadi, selain seperti orang yang meletakkan sepuluh dirham pada sebuah daun neraca dan pada daun neraca yang lain seribu. Ia bermaksud mengangkat daun neraca yang berat dengan daun neraca yang ringan. Dan itu adalah kesudahan kebodohannya. Ya, benar!

Di antara mereka ada orang yang menyangka, bahwa perbuat¬an tha'atnya itu lebih banyak dari perbuatan maksiatnya. Karena ia tidak memperkirakan akan dirinya dan tidak memperhatikan perbuatan maksi¬atnya. Apabila ia mengerjakan tha'at, lalu dihafalnya dan dihitungkannya, seperti orang yang mengucapkan istikhfar (memohonkan ampun) kepada Allah dengan lisannya atau mengucapkan tasbih kepada Allah dalam sehari seratus kali.


Kemudian, ia mengumpat kaum muslimin, mengoyak- ngoyakkan kehormatan mereka dan berkata-kata dengan yang tidak di- ridlai Allah sepanjang hari, tanpa terhingga dan terhitung. Dan adalah perhatian orang tadi kepada bilangan alat tasbihnya, bahwa ia telah me¬ngucapkan istikhfar kepada Allah seratus kali. Ia lupa dari perkataannya yang sia-sia sepanjang harrnya, yang kalau dituliskannya, niscaya adalah seperti tasbihnya seratus kali atau seribu kali. Dan telah dituliskan oleh malaikat-malaikat penulis amal. Dan telah dijanjikan oleh Allah dengan siksaan atas tiap-tiap kalimat. Allah Ta'ala berfirman:
Artinya: "Tiada suatu perkataan yang diucapkan - manusia -, melainkan di dekatnya ada pengawas, siap sedia (mencatatnya)". S. Oaf, ayat 18. Maka orang ini selalu memperhatikan pada keutamaan pembacaan tasbih dan tahlil (pembacaan: Laa ilaaha i'lla'llaah). Dan ia tidak menoleh kepa¬da apa yang datang dari siksaan orang-orang pengumpat, pendusta, lalat merah dan orang-orang munafiq, yang melahirkan kata-kata yang tidak disembunyikannya dan yang lain-lain dari bahaya-bahaya lisan. Yang demikian itu terperdaya (tertipu) semata-mata.
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:43 am

Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan: "Cukuplah dengan takut kepada Allah itu ilmu. Dan cukuplah dengan terperdaya menggunakan nama Allah itu, kebodohan".
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:45 am

PENJELASAN: jenis-jenis orang yang terperdaya dan bahagian-bahagian golongan setiap jenis. Dan mereka itu empat jenis.

Jenis Pertama: ahli ilmu. Dan yang terperdaya dari mereka itu, ada beberapa golongan.

Segolongan, mereka kokoh pemahamannya. pada ilmu syari'at dan ilmu akal. Mereka mendalaminya dan bekerja menurut ilmu- ilmu tersebut. Dan mereka menyia-nyiakan mencari (memperhatikan) anggota badannya dan memeliharanya, daripada perbuatan-perbuatan maksiat dan mengharuskannya perbuatan-perbuatan tha'at.

Mereka tertipu dengan ilmunya dan menyangka bahwa mereka pada sisi Allah di suatu tempat. Dan bahwa mereka telah sampai dari ilmunya ke suatu tingkat, dimana Allah tiada akan mengazabkan yang seperti mereka. Bahkan Allah menerima untuk orang banyak, akan pertolongan (syafa'at) mereka. Dan Allah tidak akan menuntut mereka dengan dosa dan kesalahan mereka, karena mulianya (kiramahnya) mereka pada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang tertipu (terperdaya)
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:48 am

Jikalau mereka melihat dengan mata hati, niscaya mereka tahu, bahwa ilmu itu dua macam: ilmu mu'amalah dan ilmu mukasyafah.

Yaitu: ilmu mengenal Allah dan sifat-sifatNYA, yang dinamai menurut kebiasaan: ilmu ma'rifah. Adapun ilmu mu'amalah, seperti mengetahui halal dan haram, mengetahui akhlak diri yang tercela dan terpuji, bagaimana mengobatinya dan lari daripadanya. Maka itu adalah ilmu, yang tidak dimaksudkan, selain untuk diamalkan (dilaksanakan).


Jikalau tidak ada keinginan kepada diamalkan, maka ilmu tersebut tidak ada nilainya. Setiap ilmu yang dimaksudkan untuk diamalkan, maka tiada mempunyai nilai, tanpa amal.

Contohnya, adalah seperti orang sakit, yang padanya penyakit, yang tidak akan hilang, selain oleh obat yang tersusun dari banyak campuran, yang tidak dike¬tahui, selain oleh tabib-tabib yang ahli, Lalu ia berusaha mencari tabib, sesudah ia meninggalkan tanah airnya. Sehingga ia menjumpai seorang tabib yang ahli. Lalu tabib tersebut memberi-tahukan kepadanya obat dan menguraikan kepadanya campuran-campuran, macam-macamnya, kadar campuran dan bahan-bahan pertambangan, dimana campuran-campuran tersebut diambil daripadanya. Dan tabib ahli tadi mengajarkannya bagaimana menumbuk masing-masing campuran itu dan bagaimana mencampurkan dan mengadukkannya.

Lalu ia pelajari yang demikian dan ia tuliskan suatu naskah (copy) yang bagus, dengan tulisan yang cantik. Kemudian, ia puiang ke rumah, diulang-ulanginya membaca dan diajarkannya kepada orang-orang sakit. Dan tidak dilaksanakannya dengan meminum dan memakainya.

Adakah anda berpendapat, bahwa yang demikian itu memberi faedah sesuatu kepadanya dari penyakitnya? Amat jauh-amat jauh yang demikian .
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Tue May 22, 2012 1:53 am

Adapun orang yang mendakwakan mengetahui ilmu mukasyafah, seperti: mengetahui tentang Allah, sifat-sifatNYA dan nama-namaNYA dan serta yang demikian, ia lengah tentang amal dan menyia-nyiakan perintah Allah dan batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah, maka terperdayanya itu lebih berat.

Contohnya, adalah seperti orang yang bermaksud melayani seorang raja. Lalu ia mengenal raja itu. Ia mengenai akhlaknya, sifatnya, warnanya, bentuknya, tingginya, lebarnya, kebiasaannya dan majlisnya. Ia tidak berusaha untuk mengenali, apa yang disukai raja itu, apa yang tidak disukainya, apa yang dimarahinya dan apa yang disenanginya.


Atau ia kenal yang demikian, hanya ia bermaksud melayaninya saja, sedang dia mengetahui benar, semua apa, yang menyebabkan raja marah dan kepada siapa ia marah. Dan ia kosong (tidak tahu sama sekali) dari semua yang disukai raja, dari pakaian, sikap, perkataan, gerak dan diam.

Lalu ia datang kepada raja. Ia bermaksud mendekatkan diri kepada raja dan mengkhususkan dirinya kepada raja, sedang dia berlumuran dengan semua yang tidak disukai oleh raja.

Dia kosong dari semua yang disukai oleh raja. Ia mencari jalan kepada raja, untuk mengenal raja, keturunannya, namanya, negerinya, rupanya, bentuknya, adat kebiasaannya pada menyiasati budak-budaknya dan bergaul dengan rakyatnya.


Maka orang tersebut itu terperdaya sekali. Karena, jikalau ditinggalkannya semua yang diketahuinya dan ia berpegang dengan mengenal raja saja dan mengetahui apa yang tidak disukai dan yang disukai raja itu, maka sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih mendekati kepada tercapainya maksud mendekatinya dan mengkhususkan diri kepadanya.

Bahkan, kecuaiannya pada taqwa dan diikutinya nafsu-syahwat itu menunjukkan, bahwa tidak terbuka baginya daripada ma'rifah (mengenai) Allah, selain: nama, tanpa makna.


Karena kalau ia mengenai Allah dengan kenal yang sebenar-benarnya, niscaya ia takut kepada Allah dan berbuat taqwa kepadaNYA.

salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Wed May 23, 2012 11:21 pm

Seorang laki-laki berpidato disisi Rasulu'lllah s.a.w..
Lalu ia mengatakan: "Barangsiapa menta'ati Allah dan RasulNYA, maka sesungguhnya ia mendapat petunjuk. Dan barangsiapa mendurhakai keduanya, maka sesungguhnya ia sesat".
Lalu Nabi s.a.w. menjawab;
"Katakanlah: Barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNYA, maka sesungguhnya ia sesat"... Dirawikan Muslim dari 'Adiyyi bin Hatim.

Nota:Rasulu'llah s.a.w. tidak menyukai perkataannya: "Barangsiapa mendurhakai keduanya", karena yang demikian itu penyamaan dan pengumpulan.=AlGhazali.
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Sun May 27, 2012 7:39 pm

Adapun asy-syathah (do'a-do'a dan kata-kata yang tidak dipahami), maka yang kami maksudkan, ialah dua jenis perkataan, yang diadakan oleh sebahagian kaum shufi.



yang pertama, ialah do'a-do'a yang panjang yang berbentang tentang keasyikan (kerinduan) bersama Allah Ta'ala dan hubungan yang tidak memerlukan kepada amal dzahiriyah. Sehingga golongan itu berkesudahan kepada mendakwakan al-ittihad (bersatu dengan Allah) terangkat hijab, penyaksian dengan melihat Tuhan dan bercakap-cakap dengan pembicaraan. Lalu mereka mengatakan : "Dikatakan kepada kami demikian. Dan kami mengatakan demikian".








1.Dirawikan Al-Bukhari dari Ubai bin Ka'ab.




Mereka menyerupakan pada yang demikian itu, dengan Husain bin Mansur Al-Hallaj yang telah dihukum gantung, lantaran diucapkannya kata-kata yang sejenis dengan itu. Dan mereka membuktikan yang demikian dengan ucapan Al-Hallaj : 'Anal-haqq" (akulah al-haqq, yakni : yang maha benar, salah satu dari nama Allah Ta'ala). Dan dengan apa yang diceritakan dari Abi Yazid Al-Bustami, bahwa Abi Yazid mengatakan : "Subhani-subhani (maha suci aku maha suci aku)".



Ini adalah semacam perkataan, yang amat besar bahayanya pada orang awwam. Sehingga segolongan dari kaum tani meninggalkan pertaniannya dan melahirkan dakwaan seperti yang tersebut.



Sesungguhnya perkataan itu dirasakan enak oleh tabiat manusia. Karena padanya membatalkan amal (tak usah amal lagi), serta mensucikan diri (jiwa) dengan memperoleh maqam-maqam (derajat-derajat) tinggi dan hal ikhwal yang baik. Maka orang-orang bodoh tidak lemah dari pada mendakwakan yang demikian bagi diri mereka dan dari pada menerima kata-kata yang tak berketentuan, yang penuh dengan hiasan kata-kata.



Manakala mereka ditantang dari yang demikian, maka mereka tidak merasa lemah untuk mengatakan : "Ini adalah tentangan, yang sumbernya ilmu dan pertengkaran. Ilmu itu dinding dan pertengkaran itu perbuatan diri. Dan pembicaraan ini tidak mengisyaratkan, selain dari bathin dengan terbukanya nur kebenaran".


Maka hal yang tersebut dan yang seperti dengan yang tersebut itu, daripada yang telah beterbangan kejahatannya dalam negeri dan besar melaratnya pada orang awwam, sehingga orang yang menuturkan dengan sedikit dari padanya, maka membunuhnya adalah lebih baik pada agama Allah, dari pada menghidupkan sepuluh dari padanya.


Mengenai Abi Yazid Al-Bustami ra. yang tersebut di atas, maka tak benar mengenai apa yang diceriterakan terhadap dirinya.

Sekiranya benar ucapan tersebut pernah terdengar daripadanya, maka adalah itu, ia menceriterakan dari Allah 'Azza wa Jalla tentang perkataan yang diulang-ulangiNya pada diriNya. Seumpama bila terdengar ia mengatakan : "lnnanii anallaah, laa ilaaha illaa ana fa'budnii (Sesungguhnya aku adalah aku itu Allah, tiada yang disembah selain aku, maka sembahlah aku) (S. Thaha, ayat 14), maka perkataan tersebut hendaklah dipahamkan, tidak lain daripada pembacaan dari firman Allah Ta'ala.
=Al Ghazali=
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  salik Mon Jun 04, 2012 1:51 am

Dan yang penghabisan, yaitu yang dimaksudkan dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.
والأخير هو المراد بقوله صلى الله عليه وسلم: إذا تقرب الناس بأبواب البر والأعمال الصالحة فتقرب أنت بعقلك
(Idzaa taqarraban naasu biabwaabil birr: wal a'-maalish-shaalihaati fataqarrab anta bi'aqlika). Artinya :
"Apabila manusia itu mendekati Tuhan dengan pintu pintu kebajikan dan amal salih,maka engkau dekatilah Tuhan dengan akal-mu". (1)

Hadits inilah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi saw. kepada Abid-Darda' ra. :ازدد عقلا تزدد من ربك قربا "Bertambahlah akalmu supaya engkau bertambah dekat dengan Tuhanmu".

Berkata Abid-Darda' : "Demi ibu-bapaku ya Rasulullah! Bagaimanakah bagiku dengan yang demikian itu?".Menjawab Nabi saw. :اجتنب محارم الله تعالى وأد فرائض الله سبحانه تكن عاقلا واعمل بالصالحات من الأعمال تزدد في عاجل الدنيا رفعة وكرامة وتنل في آجل العقبى بها من ربك عز وجل القرب والعز
Jauhilah semua yang diharamkan Allah, tunaikanlah segala yang diwajibkan Allah, maka adalah engkau orang yang berakal! Kerjakanlah segala amal salih, niscaya engkau bertambah tinggi dan mulia di dunia yang tidak lama ini. Dan engkau memperoleh padahari akhirat yang akan datang,dari Tuhan-mu 'Azza wa Jalla, akan kedekatan dan kemuliaan". (2 Dirawikan Ibnul Mahbar dari Al Harits bin Abl Usamah )
salik
salik

Jumlah posting : 1366
Registration date : 2009-03-28

Back to top Go down

Tercelanya Terpedaya Empty Re: Tercelanya Terpedaya

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum